Pages

Rabu, 14 Mei 2014

Menggenapi Musim




Kau tahu, Sa, apa yang kurenungi ketika duduk menatap senja di dermaga muara Malaka tempo hari? Diam-diam takzim kepada Sang Dharma, telah menghadirkanmu sebagai bagian dari penghuni semesta. Telah menemanimu bertumbuh dan merengkuhmu dalam kasih di setiap perjalananmu. Telah menghantarmu dengan selamat ke sini, ke sisiku lagi.

Aku berterima kasih kepada Tuhan atas hari ini, hari kelahiranmu. Tanpa hari ini, berpuluh tahun lalu, tak akan ada senyum lepasku setiap bercanda-gurau denganmu. Tak akan ada legaku setelah kau temani menyelesaikan masa laluku. Tak ada ujung-ujung jemari yang selalu ingin mengetuk papan hitam karena ingin pamer karya terbaru kepadamu. Tak ada dua pasang sandal yang atusias menelusuri jalanan tua. Tak ada kita.

Aku berterima kasih kepada Tuhan atas hari ini, hari ketika Ia mentahbiskanmu kelak menjadi perempuan yang selalu berusaha keras menghadirkan kebahagiaan bagi orang-orang dekatnya. Meski peluh tak henti menitik di keningmu, meski kaku menyapa punggungmu, meski kesal tak jarang menghiasi rautmu.


Aku berterima kasih kepada Tuhan atas hari ini. Meski kau selalu membuatku kesal karena tak henti menerbitkan rindu, padahal kau sedang duduk membaca di sampingku. Meski kau selalu membuatku ingin bertanya kabar, padahal belum lima menit kau berjalan keluar pintu. 

Aku berterima kasih kepada Tuhan atas hari ini, hari ketika bulan penuh dihadiahkan-Nya untukmu, sebagai pertanda awal dari lembar-lembar baru masa depan yang semoga seterang dan sepenuh berkat purnama Sidhi.

Meskipun purnama tak bisa kutatap denganmu di sisiku, rama-rama pembawa doa dariku sudah terbang dan mengitarimu sejak sore tadi. Selamat hari lahir, Sa. Semoga kebaikan datang dari segala arah.

Minggu, 23 Maret 2014

Ara dan Sebuah Nama

Sebut aku penganut paham reinkarnasi, jika memercayai hidup adalah rantai panjang yang tak terputus, bahwa jiwa manusia adalah entitas kekal yang terus hidup bersama perputaran zaman. Sebut aku penganut paham metafisik, jika percaya bahwa setiap pilihan bawah sadar manusia adalah memori dari sejarah-sejarah masa lampaunya dalam rantai terdahulu.

Entah kapan tepatnya, aku cuma ingat pada suatu masa ketika masih berstatus mahasiswa, pada suatu malam, ketika jenuh dengan layar berisi teori strukturalisme untuk bahan skripsi, sebuah nama melintas dalam benak. Ara. Layar baru pun terbuka, satu cerpen dengan nama Ara sebagai tokoh utamanya mengalir dari ujung-ujung jari. Sejak itu, entah sudah berapa kali nama Ara menjadi tokoh dalam cerpen-cerpenku.

Ara semakin mewujud, hidup dalam tulisan dan kepala. Dia seperti ada entah di mana. 

Sementara itu, ternyata engkau pun hidup dengan nama itu. Menghari-hari bersamamu.

Sampai pada suatu masa ketika kita berjumpa. Saat tak ada Aramu dan sesiapa lainnya. Dan, kau pun memanggilku... Ra, Aramu. Nama yang selalu kau suka selama ini. Pada saat yang sama, aku merasa, kaulah Ara yang mengalir dalam bawah sadarku bertahun-tahun sebelumnya.

Aneh adalah cara semesta menautkan kita lagi. Tak pernah dalam konspirasi pribadi, hanya mengalir saja tanpa ada yang pernah berusaha menarik. Kita hanya mengikuti apa yang semestinya terjadi. 

Ara... seperti mantra syahdu bagi kita berdua. Masing-masing menyimpan cerita lama, tetapi pada akhirnya mengalir menjadi cerita baru yang sudah dibentangkan semesta kanvas dasarnya.

Welcome home, Ara....

Kamis, 13 Maret 2014

Mencintai seperti Samudra

Semalam, kita seperti muara, pada titik pertemuan antara hijau cokelat air sungai dan biru bersepuh busa putih air laut. Kita menderas sembari terus mendaras kenyataan perasaan yang tak pernah pudar.

Tak bisa memberimu apa-apa selain hati yang diniatkan terus melapang seluas samudra. Karena mencintai tak pernah tentang duduk geming di bangku taman. Mencintai selamanya tentang bersisian meniti hari-hari yang kadang panas terik tak jarang dingin gigil.

Pada akhir hari, mari berdoa agar Sang Digdaya melimpahi kita dengan tenteram dan jalan terang. 

Sabtu, 08 Maret 2014

Day 9: Pair of Wings

Dear Sa,
If I have a pair of wings, I'll fly you away by my self, right to Aramis House, right to my hug. Never easy, couldnt reach you hours, days. Just wishes and prays. The way I communicate, right to your heart, where our loves live and beating.


rindu,
AR