Pages

Senin, 16 September 2013

I Dance You Not?



Saya menari. Ya, dulu. Lampau sekali. Ketika jiwa muda (halah) masih keranjingan memadukan antara gerak dan lagu (gerak dan lagu? so 90's...). Apa rasanya? Lebih magis ketimbang tumpukan novel detektif yang gemar saya lahap sejak kecil. Rasanya seperti waktu seolah diciptakan untuk saya sendiri.

Saya lupa, kapan tepatnya mulai keranjingan menari. Saya cuma ingat momen ketika masih berseragam ala pelaut (seragam khas taman kanak-kanak tempat saya belajar mengeja, tak jauh dari Pelabuhan Lembar di Lombok) dan beberapa teman sekolah mulai mengundang saya untuk menari di acara ulang tahunnya. Saya tak lagi ingat siapa yang mengajari, saya cuma punya selembar barang bukti berupa foto saya dan kakak perempuan saya yang tampak menari gaya modern (modern ala tahun 1980-an lho ya), dengan kostum warna-warni yang seragam. Saya menari tanpa ekspresi dalam foto itu. Mungkin ekspresinya hanya terlihat dalam dunia dalam kepala saya sendiri ketika itu.

Saat seragam saya sudah berganti putih-merah, saya makin merajalela. Menjadi "dancing princess" di sekolah saya. Bersaing dengan kakak-kakak kelas yang menurut saya (ketika itu) tak cukup percaya diri menguasai panggung seni tahunan. Anehnya, saya pun tak ingat apakah saya pernah punya mentor ketika itu. Saya cuma ingat mengajak Ruri (sekilas cerita tentang Ruri bisa dibaca di Harta Karun Mandalika) untuk menggarap koreo untuk pentas perpisahan kelas enam. Saya memilih lagu Sakura yang saat itu sedang populer. 

Kegemaran menari sempat padam ketika saya harus berpindah kota ke Denpasar. Tak punya kesempatan, tak punya panggung. Paling-paling cuma gerakan "tari" senam SKJ yang saya lakukan. Kepindahan ke kota selanjutnya sedikit mencerahkan. Saya menari lagi. Kali ini lebih rumit, saya belajar menari Jawa, lengkap dengan kostum kebaya dan sanggul mini. Sayangnya, cuma sekali, sudah itu luluslah saya, berpindah sekolah lagi. 

Kapan terakhir saya menari? Hemm, seingat saya kelas 3 SLTP. Koreonya saya bikin sendiri bareng beberapa teman. Sebenarnya dalam rangka tugas akhir kelulusan pelajaran kesenian dan keterampilan. Kami harus menggarap sendiri proyek koreo tari kami. Modern dan tradisional, kami racik dala riang. Hasilnya? Kami menjadi yang terbaik. Berhak tampil dalam pentas perpisahan tahunan. 

Dan, itu semua terjadi bertahun lampau. Setelah itu bisa dibilang saya pensiun dari tari-menari. Maka, ketika ada yang bertanya masih bisakah saya menari? Saya gemetar hingga ke ujung kuku. Serius. Rasanya kepengin menekuk kepala dan berlalu dari si penanya. Saya seperti petualang padang prairi yang mencari-cari busur dan panah berburu yang dahulu kala pernah saya kuasai. Saya meraba-raba dalam diri saya, masihkan kedua tangan, kedua kaki, seluruh tubuh saya bisa diajak untuk berpadu manis dengan daftar lagu? 

Yeah, saya memang belum mencoba. Bagaimana bisa jika belum apa-apa sekujur tubuh saya sudah berkeringat dingin super grogi. Masih cukup baikkah (paling tidak lumayanlah) saya ketika ber shake-shake-shake? Atau malah sudah berkategori "memalukan" dalam tarian model apa pun? Memang, saya masih sering memerhatikan style koreo sekarang-sekarang ini. Style yang jauh lebih up beat dan dinamis dibandingkan zaman saya kecil dulu. Saya menyukai beberapa style yang ada. Tanpa pernah mencoba.

Ugh, tidak, tidak, saya tidak pernah trauma sebelumnya, tidak pernah cedera saat berlatih menari, atau mengalami kejadian memalukan saat pentas. Lancar jaya. Jadi karena apa sebenarnya ini?

Hal yang jelas, saya sudah terlanjur berjanji, kepada si penanya, bahwa saya akan menari, lagi, suatu hari, di depannya. Ya, di depannya. Janji yang hingga kini masih berwujud ekspresi beku di wajah saya setiap kali si penanya kembali mengulangi pertanyaannya. Entah dia tahu atau tidak, tak pernah ada lagi yang meminta saya menari kecuali dia.

Baiklah, saya akan melemaskan sendi-sendi. Kembali mencoba. Aduh, bahkan menuliskannya pun membuat jemari saya mendingin dengan cepat. Ouch. Will see lah, will see. 


1 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar